PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SILVOFISHERY KEPITING BAKAU (Scylla spp) DI PULAU NGENANG KELURAHAN NGENANG KOTA BATAM

Yarsi Efendi, Fauziah Syamsi, Nurhaty Purnama Sari, Fenny Agustina

Abstract


Keberadaan hutan mangrove di Kota Batam saat ini terus mengalami degradasi akibat lajunya pembangunan. Salah satu wilayah Pesisir di Kota Batam yang mengalami degradasi mangrove adalah Pulau Ngenang Kelurahan Ngenang Kecamatan Nongsa Kota Batam. Eksplotasi sumberdaya hutan mangrove yang tidak terkendali akan menurunkan kualitas dan kuantitas ekosistem. Untuk itu diperlukan upaya konservasi guna mempertahankan keberadaannya. Salah satu upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah sistem mina hutan (silvofishery) pemeliharaan kepiting bakau (Scylla spp). Usaha silvofishery ini potensial untuk dikembangkan dan memiliki peluang pasar terbuka luas dan prospektif, baik domestik maupun mancanegara. Tujuan dari program pendampingan ini memberikan ilmu pengetahuan tekhnologi dan keterampilan kepada masyarakat mitra, memberikan pemahaman pemanfaatkan sumberdaya hutan mangrove secara optimal dan lestari, meningkatkan alternatif mata pencaharian (alternative livelyhood) dan peluang kerja bagi masyarakat pesisir. Metode kegiatan meliputi: 1) Sosialisasi dan demonstrasi, yang terdiri dari kegiatan : penyiapan tambak budidaya, Penyiapan kandang ( box kepiting), pengelolaan usaha dengan menerapkan manajemen usaha yang baik, penyediaan bibit, dan pemeliharaan. 2). Pemantauan dan evaluasi dan 3). Pemanenan. Hasil analisis menunjukkan adanya perubahan sikap dan pengetahuan kelompok nelayan dari yang kurang mengetahui menjadi cukup banyak mengetahui usaha budidaya, melalui sistem silvofishery dapat menjaga dan mempertahankan lelestarian hutan mangrove, dan memberikan peluang usaha bagi masyarakat.

Keywords


Silvofishery, Kepiting Bakau, Pulau Ngenang Kota Batam

Full Text:

PDF

References


Ahmad, T., Haryanti dan Sudrajat, A. (2004). Analisis kebijakan revitalisasi pertambakan utara Jawa. Laporan proyek, Ringkasan eksekutif. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta

Allan, G and Fielder. D. (2004). Mud crab aquaculture in Australia and Southeast Asia Proceedings of the ACIAR Crab Aquaculture Scoping Study and Workshop 28– 29 April 2003, Joondooburri Conference Centre, Bribie Island ACIAR Working Paper No. 54

Arifin, Z. (2006). Carrying Capacity Assessment on Mangrove Forest with Special Emphasize on Mud Crab Sylvofishery System: A Case Studi in Tanjung Jabung Timur District Jambi Province. [Thesis]. Post Graduate School. Bogor Agricultural University.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan Lingkungan (BPP-PSPL) Universitas Riau. 2009 “Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap II Kota Batam”.

Bengen, D.G. (2000). Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pedoman Teknis, PKSPL IPB, Bogor

Parni, P., Prianto, E., Hasbi, M., Hendrizal. A. (2020). Pengembangan Budidaya Kepiting Bakau (Scylla sp) Sistem Silvofishery Untuk Melestarikan Hutan Bakau di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. 12 (2), 101-108.

Chandra, I.A., Seca, dan Hena, A.M.K. 2011. Aboveground Biomass Production of Rhizophora apiculata Blume in Sarawak Mangrove Forest. Agricultural and Biological Sciences, 6 (4), 469-474

Fauzi, A. (2004). Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. PT.Gramedia Pustaka. Jakarta

Genodepa, J.G. (1999). Pen Culture Experiments of the Mud Crab Scylla serrata in Mangrove Areas. In Mud Crab Aquaculture and Biology. ACIAR Proceedings N0.78. Canberra. Australia.

Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia.2022. Direktori Pulau Pulau Kecil Indonesia.

Pudjiraharjoe, E, (1995). Peranan Akar Bakau sebagai Penyangga Kehidupan Biota Laut Di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM., Yogyakarta.

Putri, R.A., I. Samidjan dan Rachmawati, D. (2014). Growth and Survival Rate Performances of Mud crab (Scylla paramamosain) Fed on Varian Percentages of Diets. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3 (4), 84 – 89.

Rangka, N.A. (2007). Status Usaha Kepiting Bakau Ditinjau dari Aspek Peluang dan Prospeknya. Jurnal Neptunus. 14 (1): 90 – 100.

Rustam, Hamsiah dan Hartinah. (2020). Pengembangan Usaha Budidaya Kepiting Dalam Kawasan Hutan Mangrove Melalui Sistem Silvofishery Yang Berbasis Masyarakat. Jurnal Balireso, 5 (2), 133-140.

Saidah, S dan Sofia. L. A. (2016). Pengembangan Usaha Pembesaran Kepiting Bakau (Scylla spp) Melalui Sistem Silvofishery. Jurnal Hutan Tropis, 4 (3), 265-272.

Schaduw, J.N.W. (2018). Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil (Kasus Pada Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara). Jurnal Ilmu Lingkungan. 16 (2), 120-129

Sofia, L.A. (2011). Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Kepiting Soka di Lahan Tambak (Studi Kasus di Desa Pagatan Besar Kabupaten Tanah Laut. Kalimantan Selatan). Jurnal Al’Ulum. 47 (1), 29 – 35.

Triyanto, N.I. Wijaya, T. Widiyanto, I. Yuniarti, Setiawan, dan F.S. Lestari. (2012). Pengembangan silvofishery kepiting bakau (Scylla serrata) dalam pemanfaatan kawasan mangrove di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI. p.739–751.

Wibowo, K dan T. Handayani. (2006). Pelestarian Hutan Mangrove Melalui Pendekatan Mina Hutan (Silvofishery). Jurnal Teknik Lingkungan. 7 (3), 227 – 233.




DOI: https://doi.org/10.33373/jmb.v7i1.5304

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


License URL: https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.