WANITA TUNA SUSILA DALAM “KAMA SUTRA”, (refleksi tentang manusia menurut Hinduisme)

Tri Tarwiyani

Abstract


Penelitian ini merupakan sebuah pemnelitian yang menggunakan metode studi pustaka. Penelitian ini mengungkap tentang tiga persoalan yang terkait dengan judul di atas, yaitu pertama bagaimana wanita tuna susila di dalam Kama Sutra, ke dua persoalan tentang bagaimana konsep manusia dalam Hinduisme, dan yang terakhir, berdasarkan kedua persolan sebelumnya maka dibuat sebuah refleksi tentang bagaimana Hinduisme memandang wanita tuna susila.

Kama Sutra merupakan salah satu kitab agama Hindu yang mengajarkan tentang seksualitas manusia. Seksualitas merupakan sebuah hal yang tidak dapat  dipisahkan dari kehidupan manusia karena di dalam eksistensinya terdapat tiga hal yang dituntut dari manusia yaitu Dharma, Artha, dan Kama. Manusia harus dapat menyeimbangkan ketiga hal itu selain itu, manusia dapat mempraktekkan ketiga hal tersebut jika memang diharuskan untuk menjalani kehidupan  ini. Laki-laki lebih dititkberatkan untuk mencari Artha terlebih dahulu sebelum Dharma dan Kama sedangkan perempuan dianjurkan untuk menitikberatkan pada aspek Kama dibandingkan dengan Dharma dan Artha. Wanita tuna susila atau perempuan tuna susila dipandang sebagai golongan yang cukup terhormat di dalam masyarakat India karena mereka mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dibandingkan perempuan pada umumnya. Selain itu mereka juga harus menguasai berbagai bidang yang pada waktu itu biasanya hanya dikuasai oleh laki-laki seperti bidang politik, seni, dan bidang-bidang lainnya.Hinduisme memandang bahwa kerja merupakan hakikat dari hidup sehingga tanpa bekerja maka manusia tidak dapat dikatakan ”hidup”. Hinduisme juga memandang bahwa segala sesuatu ada manfaatnya dan termasuk perempuan tuna susila. Perempuan tuna susila pada waktu itu di sukai karena pandangannya yang luas dengan pendidikan yang cukup tinggi. Mereka hanya mau berhubungan dengan laki-laki yang menurut mereka pantas, jadi tidak semua laki-laki dapat berhubungan dengan mereka. Hinduisme berpandangan bahwa hubungan seksual merupakan salah satu sarana untuk mengobati penyakit. Selain dari itu, mereka berpandangan bahwa Tuhan memanifestasikan diri-Nya di dalam segala sesuatu yang ada di dunia. Hinduisme memang merupakan salah satu paham yang beraliran Panteistik. Tuhan memanifestasikan diri-Nya juga dalam sperma atau air mani sehingga dalam hubungan seksual manusia terdapat manifestasi Tuhan. Oleh karena itu terdapat nilai penciptaan di dalam hubungan seksual. Di dalam aspek ini jelas terlihat bagaimana manusia dan Tuhan bekerja sama menciptakan makhluk baru yang diberi nama manusia.


Full Text:

PDF

References


Bakker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Kanisius, Yogyakarta.

Cudamani, 1989, Pengantar Agama Hindu untuk perguruan tinggi, Yayasan Dharma Sarathi, Jakarta.

Donder, I. Ketut, 2007, Viratvidya, Kosmologi Hindu, penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan serta penciptaan kembali alam semesta, Paramiita, Surabaya.

Krishnan, Anand, 1999, Jalan Kesempurnaan Melalui Kamasutra Seks, Cinta dan Kasih, Grmedia, Jakarta.

Sugiarto, R., tanpa tahun, Maitri Upanisad, Markas Besar TNI AL.

Vetsyayana, 2008, Kama Sutra, Panji Pustaka, Yogyakarta.




DOI: https://doi.org/10.33373/dms.v1i1.155

Refbacks

  • There are currently no refbacks.