REKONSTRUKSI NAMA PAPUA DAN IRIAN DALAM LINTASAN SEJARAH

Yohanes Burdam, Darmawan Edi Winoto, Eka Yuliana Rahman

Abstract


This study attempts to reconstruct the use of the names Papua and Irian in the Indonesian Historical Path; and describe the dynamics of local struggle and the role of intellectuals before and after Indonesia's independence in interacting with the Republic of Indonesia (NKRI). The research uses a structuralism approach from Christopher Lloyd (1988), historical methods from Marc Bloch (1988), and the "Collective Active" theory from Charles Tilly (1978, 1993) for the explanation of facts. Data is collected by studying documents (archives, books, and interviews). Data collected from archives and interviews were carried out by historical criticism, and interpreted into facts which were then assembled into historical accounts of the process of naming Papua and Irian and its relation to the local dynamics of intellectual struggles before and after Indonesia's independence to integrate with the Republic of Indonesia. The results of the study revealed that the name "Papua" was given Ortez de Retes and then was used by the Dutch for the large island together with the population and their culture. However, the name Papua by the Netherlands tends to be negative meaning for local residents. Over time, the intellectuals emerged thinking and struggling to find a name to replace the name Papua with Irian.

Keywords


Reconstruction, Papua, Irian, Indonesian History.

Full Text:

PDF

References


Mampioper. (1988). Sistem Birokrasi dan Institusi Budaya Irian Jaya: Pokok Pembahasan Tentang Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Sebagai Akibat Dari Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Desa Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1979”, Makalah, dalam Seminar Pembangunan Irian Jaya dan Penelitian Indonesia Bagian Timur II, Tanggal 18-23 Juli 1988, Naskah. Jayapura: LIPI & Uncen & Pusat Studi Irian Jaya, Jayapura, 1978.

Col.W.A. Walker. 1947. “World War II”, dalam Walter Yust,(ed.), 10 Eventfull Years, IV, Chicaga, III.

D.J.van Wijnen. (1963). Pangkalpinang, Werkelijkheden der Minderheden. Batavia.

D.K., Woria. (2004). Hasil Wawancara, dengan John Burdam, Rosmaida Sinaga, Ester Yambeyabdi, La Ode Hasirun, Apolos Marisan, di Serui, Tanggal 18 Mei 2004. Jayapura : Tim Riset BKSNT Jayapura.

David, Prawar. (1982). Iktisar Perkembangan Politik “Irian” Kontra “Papua”, Naskah Stensilan. Jayapura/Jakarta.

Decki Natalis Pigay. (2000). Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Di Papua, Kata Pengantar, Lance Castles. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Emanuel,Kaisiepo. (1999).“Ke-Irian-an dan Ke-Indonesia-an: Mengkaji Nasionalisme Dalam Konteks Lokal”, dalam Dance I.Palit,dkk.,(ed.), Dinamika Nasionalisme Indonesia. Salatiga: Yayasan Bina Darma.

Ernest Utrecht. (1978). Papoeas in Opstand, Uitgeverij Ordeman. Rotterdam.

George J. Aditjondro. (2000a). “Kata Pengantar”, dalam Pim Schoorl, Belanda Di Irian Jaya Amtenar Di Masa Penuh Gejolak 1945-1962, penerjemah, R.G. Soekadjito. Jakarta: Perwakilan KITLV - Garba Budaya.

George J. Aditjondro. (2000b). Cahaya Bintang Kejora, Papua Barai Dalam Kajian Sejarah, Budaya, Ekonomi, dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: ELSAM.

Harsja W. Bachtiar. (1963). “Sedjarah Irian Barat”, dalam Penduduk Irian, redaksi, Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar, Projek Penelitian Universitas Indonesia No.C11. Djakarta: P.T. Penerbitan Universitas.

J.F.K. van Eechoud. (1952). Vergeten Aarde : Nieuw Guinea. Amsterdam.

J.H.van Mook. (1949). Indonesie, Nederland en de Wereld. Amsterdam.

J.R.G. Djopari. (1982). Komunikasi Politik, Kanalisasi Informasi dan Opini Publik di Irian Jaya. Skripsi. Jakarta : IIP.

J.R.G. Djopari. (1993). Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

John Burdam. (2012). “Pergumulan Pusat dan Daerah : Pergolakan di Papua”, dalam buku Sejarah Indonesia Dalam Arus Sejarah(IDAS), Jilid 8, Jakarta: Asdep Urusan Sejarah Nasional Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Muhamad Yamin. (1956). Kedaulatan Indonesia Atas Irian Barat Yaitu Uraian Tentang Tuntutan Rakyat Terhadap Wilayah Irian Bagian Barat. Bukit Tinggi-Jakarta-Medan: CV Nusantara.

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun (1973), Tentang Peraturan Nama Irian Barat Menjadi Irian Jaya.

Peter Savage. (1977). From Nationalism to National Liberation in West Irian”. Sidney: C.I.E.T.

Peter Savage. (1982). “Irian Jaya, Reluctant Colony”, dalam Politics in Melanesia. University of South Pasific.

R.J., Stattens. (1952). Een Voorlopig Onderzoek naar de Economische Vooruitzichten in Nederlands Nieuw Guinea. Amsterdam.

Research Institute Of Oppressed People,(t.t.), “Het Drama van de Papoea’s en de Internationale Rechtsorde”. Amsterdam.

Sekretariat DPRD Tingkat I. (1973). Keputusan Sidang Pleno Istimewa DPRD Tingkat I Provinsi Irian Barat, Nomor 1/DPRD/1973, Tanggal 28 Februari 1973, Tentang Perubahan Nama Irian Barat Menjadi Irian Jaya.

Sekretariat Daerah Provinsi Papua. (2001). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Jayapura : Sekda Provinsi Papua.

The Liang Gie dan F. Soegeng Istanto. (1968). Pertumbuhan Pemerintah Irian Barat. Jogyakarta: Seksi Penerbitan Fakultas Sospol Universitas Gadjah Mada.

Willy van Rooyen. (1989). Toean Baroe, de nieuwe heer: Nieuw Guinea 1948-1962: Beleid, Onderzoek en Beeldverming, Tesis. Amsterdam: Universitas Amsterdam.

Dokumen :

Staatsblad, No.46, 15 Djuli 1946.

Algemeen handelsblad, 16 Djuli 1946.

Conferentie Den Pasar, I, Batavia, 1947.

Conferentie Den Pasar, II, Batavia, 1947.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah

P-ISSN 2301-8305        E-ISSN 2599-0063

Published by: Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Riau Kepulauan, Batam, Indonesia.

Jl. Batu Aji Baru No. 99 Batam Propinsi Kepulauan Riau, Batam,  Indonesia.

Email; historiaunrika@gmail.com

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.