TRADISI MASYARAKAT TIONGHOA SEBAGAI AJANG WISATA BUDAYA DI KOTA TANJUNG PINANG KEPULAUAN RIAU

Arnesih Arnesih

Abstract


Tradisi masyakat tionghoa di Tanjung Pinang kerap dilakukan setiap tahunnya, bahkan hal ini menjadi ajang wisata budaya di kota tanjung pinang hal ini terlihat dari antusias warga dan para turis yang turut menyaksikan dan memeriahkan acara tersebut. Seperti tradisi sembahyang laut, dragon boat dan tradisi kueh bulan. Tradisi ini memiliki keunikan tersendiri dan diyakini berbeda dengan tradisi-tradisi yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana tradisi tersebut menjadi ajang wisata budaya  pada masyarakat Tionghoa di Tanjung Pinang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Keseluruhan data tersebut diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data diperoleh melalui wawancara langsung dan tidak langsung atau bisa didapatkan dengan data-data lain atau dokumen. Informasi dalam penelitian ini adalah wawancara tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat. teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan model interaktif dari Miles and Huberman yaitu : data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (gambar kesimpulan dan verifikasi). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tradisi masyarakat tionghoa kerap dilaksanakan setip tahunnya bahkan telah menjadi ajang wisata budaya di Tanjung Pinang.  Seperti tradisi sembahyang laut, Tradisi ini memiliki makna yaitu untuk mendoakan arwa-awah pahlawan Qu Yuan yang memiliki hati bersih, meminta agar diberikan keselamatan pada saat para nelayan yang sedang melaut, dan dipercayai untuk menambahkan rezeki dan kemakmuran bagi masyarakat Tionghoa. Setiap benda-benda yang digunakan pada saat upacara sembahyang laut juga memilki makna, seperti  memasang umbul-umbul bendera dan lampion, yang mana lampion memiliki makna yang sangat sakral yaitu untuk melepaskan hal-hal yang negatif dalam diri setiap umat Tionghoa, setiap lampion yang bergantungan berisikan doa dan harapan yang lebih baik dalam menjalankan kehidupan, kemudian penghanyutan kue Pokcang meiliki makna agar ikan-ikan yang ada dilaut tidak memakan tubuh arwah pahlawan China.


Keywords


Tradisi, Tionghoa, Wisata, Tanjung Pinang

Full Text:

PDF

References


Clifford. Geertz. (1992). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Dr. Nasikun. (2010). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Edi Sutrisno, dkk. (2007). Bercermin Sejarah Menyongsong Masa Depan. Batam : PT. Batam Link Publisher.

Juliansyah Noor, dkk. (2011). Metodologi Penulisan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Koenjtjaraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Koentjaraningrat. (2009). Ilmu Antropologo. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

M. Elly, Setiadi, dkk. (2005). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi Penulisan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Najibah, Sarinovita, Vriska Ravenlia (2018), Tradisi Dragon Boat Race Masyarakat Tionghoa di Tanjung Pinang. Skripsi Universitas Riau, Pekan Baru.

Ravenlia, Vriska (2018). Skripsi Jurusan Fisipol. Tradisi Dragon Boat Race Masyarakat Tionghoa di Tanjung Pinang. Pekan Baru.

Soekanto, (2013). Sosiologi Suatu Pengantaran. Jakrta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sujarweni, Wiratna. (2014). Metodologi Penulisan, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press.

Sztompka. Piotr. (2010). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Penerbit Prenada Media.




DOI: https://doi.org/10.33373/hstr.v6i2.3769

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 HISTORIA: Journal of Historical Education Study Program

P-ISSN 2301-8305        E-ISSN 2599-0063

Published by: Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Riau Kepulauan, Batam, Indonesia.

Jl. Batu Aji Baru No. 99 Batam Propinsi Kepulauan Riau, Batam,  Indonesia.

Email; historiaunrika@gmail.com

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.