ANALISIS KETERGANTUNGAN IMPOR BBM DARI SINGAPURA DAN KEGAGALAN BATAM DALAM PROSES INDUSTRIALISASI

Edy Burmansyah, Ade Parlaungan Nasution

Abstract


Keberhasilan Singapura membangun pusat oil-refinery, membuat sebagian besar impor BBM Indonesia berasal dari Negara itu.  Bahkan, Indonesia menggunakan MOPS (Mean of Plats Singapore) untuk menentukan harga patokan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Akibatnya Indonesia mengalami ketergantungan BBM pada Singapura

Ketergantungan pada impor BBM dari Singapura semakin tinggi,  karena setelah berakhirnya rezim Orde Baru, pemerintah sama sekali  tidak membangun kilang pegelolaan baru, sedangkan kapasitas dan  teknologi kilang yang ada di dalam negeri tidak mampu dan tidak  mencukupi mengelola minyak yang dihasilkan di dalam negeri.  Alasanya keenggan pemerintah dan pertamina membangun kilang  karena pembangunan kilang tidak terlalu menguntungkan, sedangkan  biaya pembangunan kilang terbilang tidak kecil.

Ditengah kelesuhan ekonomi dan Industri Batam dalam beberapa tahun belakangan ini, perlu kiranya Batam melirik kembali hasil  kajian Nissho Iwai Co. Ltd dan Pasific Becthel sebagai pusat industri petroleum dan petrokimia.     

Perwujudkan hasil kajian tersebut akan memungkinkan Batam dapat bangkit kembali dari keterpurukan, sekaligus mengurangi  ketergantungan impor BBM dari negara lain, dan menjadi  permain utama industri petroleum dan petrokimia dunia.

 


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.33373/jeq.v2i1.940

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.